Jumat, 04 Januari 2019

Testimoni Apa Kata Mereka?


[ HATI-HATI dengan TESTIMONI ]

Saya yakin, tujuan dari iklan (Sebuah CopyWriting) adalah membawa pembaca untuk bertindak.

Oleh sebab itu, satu di antara puluhan cara bujukan agar calon pembeli bertindak, ialah menggunakan endorsmen atau testimoni.

Dalam #copywriting, testimoni bermanfaat agar calon pembeli yakin. Sementara dari sisi penjual, supaya menghemat kata.

Kalau dalam konteks #PublicSpeaking, Testimoni itu seperti komponen "What". Di mana Anda cukup menyampaikan whatnya saja sudah cukup.

Tapi jika Anda ngomong sendiri untuk membuat pembeli yakin. Anda wajib menggunakan why, How dan What. Apalagi menggunakan 4Mat System. Lebih mantap.

Lalu, bagaimana testimoni bisa membujuk calon pembeli menjadi yakin?

Hal ini berhubungan dengan kebutuhan psikologis manusia. Di antaranya, keinginan mencari rasa aman.

Rasa aman karena tidak ingin menjadi korban. Kalaulah sebuah produk itu jelek, pembeli ingin memastikan aman dan terhindar dari kondisi itu. Makanya diperlukan testimoni.

Selain itu, testimoni bisa juga menghadirkan rasa percaya. Karena hubungan yang telah terjalin antara pemberi testimoni dengan calon pembeli.

Maka, pemberi testimoni diperlukan kredibilitas dan otoritas. Semakin tinggi kredibilitas dan otoritas pemberi testimoni,  semakin cepat calon pembeli yakin.

Sehingga, di sini sangat diperlukan kesadaran dan kehati-hatian. Jika yang mengendors atau testimoni bukanlah orang yang mempunyai figuritas. Sebaiknya to the poin kepada pesan yang mau disampaikan.

Oh ya, testimoni itu sendiri adalah pengalaman nyata yang dialami dan dirasakan oleh pengguna sebuah produk atau jasa.

Isinya tentang perubahan. Sebelum dan sesudah menggunakan sebuah produk atau jasa.

Makanya, isi testimoni tidak boleh sembarangan. Tidak boleh dibuat-dibuat. Apalagi membuat hoax, testimoni palsu.

Tapi, pastikan testimoni itu memang nyata. Jika menggunakan figur tertentu, wajib hukumnya dia menggunakan produk atau jasa Anda terlebih dahulu.

Ingat, sesuatu yang keluar dari hati, maka akan masuk ke hati.

Jika pesan Anda lewat pemberi testimoni masuk ke hati calon pembeli.
Sourcerahmadsyah.

5w 1 h Dalam Pemasaran


[ 5 W + 1 H DALAM PEMASARAN VERSI SAYA ]

Kayak wartawan aja ya? Memang seorang marketer yang baik perlu punya sejenis penciuman investigasi yang tajam ala-ala jurnalis bahkan detektif.

Lagipula, ada naluri jurnalis pada diri setiap orang. Entah kata siapa. Tapi buktinya kita semua kepo-an.

Baiklah. Ini sebetulnya bahasan klasik yang kita cuma daur-daur ulang biar ramah lingkungan.

WHAT

Ini soal GIVING dan HELPING. Rumusnya sudah begitu dari sononya. Memberi dan membantu adalah sebab. Menerima adalah akibat.

Mau kasih atau  bantu apa untuk orang banyak yang bisa membuat hidup menjadi lebih mudah? Mengubah dunia jadi tempat lebih baik? Ceile.. udah kayak lagunya Michael Jackson, Heal The World.

Ini pasti lebih dari sekadar produk apalagi fitur. Selain produknya, apa? Servis itu pasti. Gabungan produk dan servis satu paket. Tapi perlu lebih dalam lagi. Beyond those physical use.

WHO & WHERE

Saya pikir dua ini jangan dipisah. Ini substansinya tentang memetakan DAYA BELI sebagaimana saya sebut di status sebelumnya.

Siapa yang punya daya beli dan di mana? Satu paket. Kalo digabung menjadi target market atau customer segment dalam BMC.

Kenapa daya beli penting dan menjadi tekanan? Sebab menurut teori sebuah obyek menjadi bernilai ketika punya empat hal :

✓ kegunaan
✓ kelangkaan
✓ keinginan atau permintaan
✓ daya beli

Tiga yang pertama terpenuhi tanpa yang keempat? Tidak terbentuk nilai yang artinya tidak tercipta prakondisi menuju transaksi.

So dalam hal who dan where ini bukan siapa yang mau, butuh, apalagi pantas saja, tapi lebih pentingnya sekali lagi adalah siapa yang punya  daya beli.

Ini tuh bisa dikerucutkan lagi menjadi lebih spesifik dengan filter berdasarkan misalnya peran dalam pengambilan keputusan.

WHY

Di sini kita mencari irisan antara WHAT dengan WHO.

Apa yang mau kita kasih dan bantu dengan kebutuhan, keinginan, masalah, dan tantangan mereka yang ingin diberi dan dibantu.

Dijodohkan, dimatchingkan, dicari product and market fitnya. Disesuaikan pendekatan komunikasinya.

Tujuannya, membantu who menemukan alasan yang kuat yang sesungguhnya ada tapi lupa ditaruh di mana olehnya.

Helping them locating their best purchasing potentials.

HOW

Adalah gabungan dari keempat hal di atas. Dari tadi itu semua ngomongin how. Tapi di sini dibikin konkrit. Wujud, kemasan, dan programnya kayak apa.

Dibungkusnya kayak gimana dan dikasihinnya dg cara gimana?

Di BMC mungkin kolomnya Customer Relationship kali yah..

WHEN

Kok ini kayaknya enak terakhir ya.. semua kelar beres.. matang.. baru tentukan.. yuk kapan kita anterin..

Jadi sebetulnya lebih pas judulnya 4 W + 1 H + 1 W lagi.

Kamis, 16 Agustus 2018

Menulis Resensi


TENTANG DAN TIPS
MENULIS RESENSI

Secara etimologi, resensi berasal dari bahasa latin, dari kata kerja “revidere” atau “recensere” yang memilik arti melihat kembali, menimbang atau menilai. Dalam bahasa Belanda dikenal dengan “recensie” sedangkan dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah “review”.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), resensi adalah pertimbangan atau pembicaraan tentang buku; ulasan buku. Ada pula yang beranggapan bahwa resensi adalah ulasan/penilaian/ pembicaraan mengenai suatu karya baik itu buku, film, atau karya yang lain.

Tugas dari penulis resensi adalah memberikan gambaran secara garis besar kepada pembaca mengenai suatu karya baik itu film maupun buku agar dipertimbangkan untuk dibaca maupun ditonton. secara garis besar resensi diartikan sebagai kegiatan untuk mengulas atau menilai sebuah hasil karya baik itu berupa buku, novel, maupun film dengan cara memaparkan data-data, sinopsis, dan kritikan terhadap karya tersebut.

Tujuan Resensi

Adapun penulisan resensi ditujukan dengan maksud sebagai berikut:

1. Membantu pembaca mengetahui gambaran dan penilaian umum dari sebuah buku atau hasil karya lainnya secara ringkas.
2. Mengetahui kelebihan dan kelemahan buku yang diresensi.
3. Mengetahui latar belakang dan alasan buku tersebut diterbitkan.
4. Menguji kualitas buku dengan membandingkan terhadap karya dari penulis yang sama atau penulis lainnya.
5. Memberi masukan kepada penulis buku berupa kritik dan saran terhadap cara penulisan, isi, dan substansi buku

C. Jenis-jenis Resensi

Secara garis besar resensi dibagi menjadi tiga jenis, yaitu:
1. Resensi Informatif, yaitu resensi yang hanya menyampaikan isi dari resensi secara singkat dan umum dari keseluruhan isi buku.
2. Resensi Deskriptif, yaitu resensi yang membahas secara detail pada tiap bagian atau babnya.
3. Resensi Kritis, yaitu resensi yang berbentuk ulasan detail dengan metodologi ilmu pengetahuan tertentu. Isi dari resensi biasanya kritis dan objektif dalam menilai isi buku.
Namun, ketiga jenis resensi di atas tidak baku karena bisa saja dalam sebuah resensi ketiganya diterapkan secara bersamaan.

D. Unsur-unsur Resensi

Dalam membuat resensi, terdapat unsure-unsur yang harus dipenuhi agar resensi yang dibuat menjadi jelas dan berkualitas. Berikut ini adalah beberapa unsur yang harus ada dalam pembuatan resensi.

1. Judul resensi
Judul resensi harus memiliki keselarasan dengan isi resensi yang dibuat. Judul yang menarik juga akan memberi nilai lebih pada sebuah resensi.

2. Menyusun data buku
Penyusunan data buku dapat dilakukan sebagai berikut:
a. Judul buku;
b. Pengarang;
c. Penerbit;
d. Tahun terbit beserta cetakannya;
e. Dimensi buku;
f. Harga buku.

3. Isi resensi buku
Isi resensi buku memuat tentang sinopsis, ulasan singkat buku dengan kutipan secukupnya, keunggulan dan kelemahan buku, rumusan kerangka buku dan penggunan bahasa.

4. Penutup resensi buku
Pada bagian penutup biasanya berisi alasan kenapa buku tersebut ditulis dan kepada siapa buku tersebut ditujukan.

E. Tahap Penulisan Resensi
Berikut ini akan dijelaskan tahap-tahap dalam penulisan sebuah resensi buku.

1. Tahap Persiapan
Dalam tahap ini, hal yang perlu dilakukan antara lain: memilih jenis buku yang akan diresensi, buku tersebut adalah buku-buku baru, dan membuat anatomi buku.

2. Tahap Pengerjaan
a. Membaca dengan detail dan mencatat hal-hal penting. Sebelum membuat resensi, bacalah terlebih dahulu buku yang akan diresensi hingga tuntas lalu mencatat kutipan dan kata-kata penting di dalamnya.

b. Membuat isi resensi, diantaranya:

Membuat informasi umum tentang buku yang diresensi.
Menentukan judul resensi.
Membuat ringkasan secara garis besar.
Memberikan penilaian buku.
Menonjolkan sisi lain dari buku yang diresensi.
Mengulas manfaat buku tersebut bagi pembaca.
Penilaian dari segi kelengkapan karya, EYD dan sistematika resensi.

F. Tips Menulis Resensi
Berikut ini adalah tips dalam menulis resensi:

1. Cari dan tentukan buku baru nonfiksi yang akan dibuat resensi.

2. Catatlah identitas buku yang akan diresensi, seperti jenis buku, judul buku, nama pengarang, nama penerbit, tahun terbit, tahun cetak, jumlah halaman, jenis kertas dan harga buku.

3. Catat dan pahami tujuan dan latar belakang penulisan buku, dengan cara membaca kata pengantar atau pendahuluan buku. Buatlah daftar pokok-pokok isi buku secara keseluruhan.

4. Tentukan kelebihan dan kekurangan isi buku.

5. Tulis ringkasan materi dari buku yang dibuat resensi secara jelas dan sistematis.

6. Pada akhir resensi berilah saran dan kesimpulan, apakah buku yang kita resensi tersebut layak dibaca atau tidak.
(Sumber Jatikom.com)

Sumber https://www.jatikom.com/

Selasa, 07 Agustus 2018

7 Tip Menulis



7 TIP UNTUK MEREKA YANG SERING GAGAL DALAM MENULIS:

Berikut adalah jawaban spontan (berupa beberapa tip) kepada seorang sahabat yang menyatakan keinginannya untuk belajar kepadaku “tentang bagaimana cara membuka gembok yang selalu menghalangi realisasi hasrat ingin menulis, selalu saja muncul rasa malas mencurahkan apa yang kita ketahui”:

(1) pancangkan dulu apa niat kita.
(2) Pesan apa yang ingin disampaikan.
(3) tahu persis apa yang ingin dikatakan dan alasannya, mengapa? Apa kepentingannya.
(4) Tahu susunannya,
(5) yakin akan kebenaran dan manfaatnya, (6) tanamkan kecintaan atasnya dan
 (7) pasang tekad (azam) dan tawakkal kepada Allah!


Kamis, 07 Juni 2018

Seni Mengukir Kata



Bisakah “Kata” Diukir?
(Resensi Buku)
Judul : Seni Mengukir Kata: Kiat-Kiat Menulis Efektif-Kreatif
Penulis : Mulyadhi Kartanegara
Tahun terbit : 2005
Penerbit : Mizan Learning Center (MLC)
Tebal : 331 halaman


Buku ini mungkin akan membingungkan jika tanpa ada subjudul “Kiat-Kiat Menulis Efektif-Kreatif”. Permasalahannya, yakni bagaimana “kata” bisa diukir? Bukankah yang diukir itu misalnya kayu? Namun, itulah buku yang ditulis oleh Mulyadhi Kartanegara, seorang doktor filasat lulusan Universitas Chicago. Keunikan judul itu pula yang menjadi kekhasan sejumlah buku yang diterbitkan oleh Mizan Learning Center (MLC) mengenai kiat-kiat dalam menulis. Buku berbentuk saku ini diberi kata pengantar oleh Hernowo, seorang penulis yang juga banyak menulis tentang kiat-kiat menulis. Buku-bukunya juga banyak yang diterbitkan oleh MLC. Kiranya tepat juga yang dikatakan oleh Hernowo bahwa buku ini layak menjadi “bacaan wajib” para mahasiswa.
Selain judulnya yang unik, buku yang terdiri atas empat bab ini pun ditulis dengan cara yang unik. Penulisannya menggunakan gaya buku harian dengan kata ganti orang pertama “aku”, yakni penulis sendiri. Dengan format tersebut penulis bercerita pada pembaca tentang pengalamannya dalam menulis. Oleh karena itu, kita akan membaca sebuah buku harian tentang bagaimana pengalaman Mulyadhi dalam melahirkan karya-karyanya dalam berbagai bentuk tulisan. Gaya penulisan buku harian itu juga dipertegas dengan tidak adanya daftar pustaka dalam buku ini meskipun dalam bahasannya juga mengutip beberapa tokoh. Keunikan lain dari buku ini juga ditunjukkan dengan ilustrasi karikatur seorang laki-laki yang sedang mengukir atau memahat “kata”.
Di samping itu, fisik buku ini tergolong buku saku. Itu tampak dari ukuran buku yang lebih kecil daripada buku pada umumnya. Memang, sejumlah buku terbita MLC dirancang lebih ramping. Kemudian, jika melihat isi maka di halaman tertentu banyak kutipan yang merupakan inti dari apa yang ditulis. Kutipan-kutipan itu terpisah dari teks dan ukuran hurufnya pun lebih menonjol. Tentu ini memudahkan pembaca dalam memahami dan mengingat isi terpenting dari apa yang ditulis. Lagi pula, kutipan-kutipan tersebut cukup merangsang kegairahan dalam menulis.
Menulis sebagai seni mengawali bab pertama pada buku ini. Dalam hal ini seni menulis berarti kepiawaian seorang penulis dalam menghasilkan karya berwujud tulisan. Oleh karena itu, agar seorang penulis piawai dalam menulis maka perlu ditunjang oleh misalnya motivasi dalam menulis, peran konsentrasi, sampai pada kebebasan yang harus dimiliki oleh seorang penulis.
Memang, motivasi dalam menulis, peran konsentrasi, maupun kebebasan dalam menulis merupakan hal yang umum yang menjadi modal dalam menulis. Namun, isi dari buku ini sesungguhnya merupakan arah baru dalam bidang menulis. Berdasarkan pikiran penulisnya, tulisan ini ditulis dengan apa yang senyatanya daripada apa yang seharusnya. Oleh karena itu, buku ini cocok pula bagi penulis pemula.
Adapun buku ini sebetulnya ditulis dengan pendekatan ilmiah. Itu tampak dari latar belakang penulisnya yang juga bergelut di dunia akademis, terutama filsafat. Misalnya, jenis tulisan berupa tulisan reflektif, fiksi ilmiah, dan novel filosofis. Jenis-jenis tulisan itupun merupakan pengalaman penulis sendiri. Jadi, Mulyadhi sendiri juga telah menulis jenis tulisan reflektif.
Umumnya sebagian penulis pernah mengalami kegagalan maupun kepahitan dalam menulis. Misalnya, pernah ditolak oleh penerbit sampai beberapa kali, bahkan sampai puluhan kali. Namun, itu rupanya tidak begitu diceritakan dalam buku ini. Dalam perjalanan kepenulisannya, tampaknya penulisnya tidak mengalami kendala yang berarti. Hanya diceritakan secara sedikit bahwa Mulyadhi pernah mengalami krisis kepercayaan saat mengerjakan skripsi (halaman 305), maupun menyangkut pemikiran sejumlah tokoh seperti Sigmund Freud maupun Darwin (halaman 272). Itu pun masih terkait dengan kajian filsafat yang didalami oleh penulis.
Pendekatan ilmiah itu masih dilanjutkan di bab 3, yakni seputar tulisan ilmiah. Misalnya di bab tersebut ditulis tentang risalah, skripsi, tesis master, disertasi, dan artikel ilmiah. Bab ketiga ini mulai berisi uraian untuk kalangan terbatas, seperti kalangan mahasiswa. Sekali lagi, kiranya masih jarang buku yang mengupas tentang bagaimana cara menulis, sekaligus penulis telah mengalami sendiri. Dalam kaitan ini, Mulyadhi juga telah membuat risalah, skripsi, tesis master, disertasi, dan artikel ilmiah. Oleh karena itu, contoh tulisan dalam buku ini pun selain termasuk fiksi, juga ada karya nonfiksi.
Kemudian, proses pengalaman dalam membuat jenis karya ilmiah itu diceritakan dalam buku ini. Misalnya, dikatakan “metode penyajian buku ini...naratif, yang di dalamnya aku pada dasarnya akan bercerita tentang berbagai pengalamanku dalam menulis.” Terkait dengan proses pengalaman tersebut, proses menulis pun tidak cukup satu atau dua hari saja. Dengan kata lain, prosesnya menulis perlu diasah secara terus menerus. Meskipun Mulyadhi tidak menyatakan secara tersurat bahwa proses menulis itu memerlukan waktu yang panjang, tetapi dalam karya tulisnya telah menunjukkan hal itu.
Satu hal yang juga dapat dicatat dari buku ini adalah keislamannya. Beberapa contoh jenis tulisan seperti skripsi juga tergolong dalam karya keislaman. Tentu saja itu tidak terlepas dari latar belakang pendidikan keislaman. Misalnya, salah satu karyanya yang juga dijadikan contoh, yaitu ilustrasi cover buku berjudul Menyibak Tirai Kejahilan: Pengantar Epistemologi Islam (halaman 145). Sebagai seorang penulis, Mulyadhi pun tergolong penulis produktif. Di lampiran, misalnya dalam waktu satu tahun, 2004, Mulyadhi dapat menghasilkan beberapa karya tulis, khususnya yang ilmiah.
Sebetulnya Mulyadhi pada contoh jenis tulisannya tidak hanya berbicara keislaman. Namun, juga lebih kontemporer. Itu terlihat dari sejumlah tokoh yang juga dikutip seperti Socrates (halaman 199). Pandangan kontemporer ini pun juga tak terlepas dari karekter kajian filsafat yang lebih mencari satu muara dari setiap pemikiran. Jadi, dalam buku ini juga terkandung maksud bahwa tidak ada pertentangan yang berarti antara filsafat barat dan Islam.
Di akhir bab, yakni bab keempat, diuraikan beberapa hal untuk memupuk tradisi menulis. Misalnya, peran membaca, seputar inspirasi dalam menulis, dan mengenai tulisan yang autentik. Pada dasarnya bab keempat ini merupakan lanjutan dari bab pertama. Berkaitan dengan itu, mereka yang sedang menggali potensi menulisnya, jika membaca buku ini maka akan menjadi bagian yang dari apa yang ditulis oleh Mulyadhi.

Puguh Utomo
Alumnus Prodi Sosiologi
FISIP, Universitas Jember

Jumat, 10 Juli 2015

Belajar Menulis Via Hypnowriting

Bersama Ferry Djajaprana


Berbicara tentang menulis dan blogging, sudah bukan dunia yang asing bagi saya. Mulai mencinta kegiatan tulis-menulis sejak kelas 5 SD, saya menemukan kesulitan untuk bertemu dan bercengkrama dengan 'teman-teman senasib' yang bisa diartikan sebagai alien pula. Betapa tidak, saya sudah menemui manusia tak terhitung yang mengernyit, terkagum-kagum atau terbahak ketika saya bilang hobi saya adalah menulis. Mereka merasa, hobi ini kurang beken, tidak seperti olahraga tertentu, nge-mall, nongki-nongki (which is saya juga suka sih, haha) atau belanja (nah, yang ini apalagi!). #gagalfokus

Belum lagi ketika ditanya dengan pertanyaan mainstream, "Apa cita-citamu?" yang sudah berani saya jawab dengan, "Jadi penulis." Saya bisa melihat apa yang terpampang di jidat mereka: alien.

Mungkin saja, ini semua hanya delusi yang keterlaluan, sebenarnya banyak sekali 'teman sejenis' di luar sana, saya bukanlah satu-satunya alien yang sok eksklusif. Untungnya, itu semua terjawab ketika saya iseng-iseng mendaftar acara Sunday Sharing yang saya ketemukan di timeline twitter saya. Berangkatlah saya sendirian pada minggu pagi, dengan harapan yang sederhana: menemukan ilmu baru. (dikira dunia persilatan apa, haha!). Tak lupa, saya membawa satu kopi novel saya yang baru saja diterbitkan indie oleh Nulisbuku. Alasan yang sederhana pula, memberi sedikit kontribusi pada komunitas baru yang entah wujudnya seperti apa ini. Hehe.




Ferry Djajaprana, hypnotherapist yang mengajarkan hypno-writing

Here is it. Topik Sunday Sharing ini cukup menarik, terbukti dari animo peserta yang membludak dalam satu ruangan meeting di kantor Detik. Beliau adalah Ferry Djajaprana, yang membukakan cakrawala pengetahuan kami mengenai dunia kepenulisan dari sisi lain: menulis untuk penyembuhan psikologis, dan dengan kata lain juga memicu produktivitas kami untuk menghasilkan tulisan yang lebih bermakna. Ada satu hal yang paling 'nyantol' sampai sekarang, yang sulit terlupa. Pak Ferry menyatakan:
"Kebanyakan penulis itu pada dasarnya perfeksionis, oleh karena itulah mereka sulit melahirkan karya. Seringkali terbentur writer's block. Tulislah, tanpa mikir; tanpa me-revisi sebelum selesai. Anda tidak menulis untuk mengedit. Tulislah dengan kualitas tulisan sampah."

Thanks, Pak Ferry. It means a lot. I can write without any burdens now, so free. And i know, i can let my writings be, and having my editing-time on the proper time too.



WHAT MAKES ME LOOOOOVE THIS
#SUNDAYSHARING:

pembacaan puisi oleh rekan PEDAS.
should be more dramatic than the picture:
lampu-lampu yang dimatikan, suara lantang yang membelah hening.

Saya terpukau dengan aksi sebelum sharing dimulai: pembacaan puisi oleh anggota komunitas PEDAS (Penulis dan Sastra) dalam rangka memperingati hari Sumpah Pemuda. Memang, sayup-sayup saya sudah mendengar gladi bersih mereka yang barusan dilakukan (beberapa menit sebelum tampil), tapi jujur... saya suka dengan performance mereka. Chemistry-nya dapet banget, klik banget, dan masing-masing pembaca puisi punya kekhasan masing-masing. Cukup menghibur dan menggemuruhkan tepuk tangan para peserta, salute!




ilmu gratis + lunch gratis + teman baru!

Kekhawatiran akan tidak bisa dapat teman baru seketika buyar setelah makan siang, karena walaupun peserta di sana rata-rata adalah para 'sesepuh,' namun mereka sama sekali tidak sombong dan rajin menabung pulak--eh tidak ding, rajin memberi buku dan merchandise! Terbukti dengan kuis yang banjir hadiah dan banjir 'penjawab' di sela-sela acara. Interaktif yang akrab!



sesi hipnoterapi
Last but not least tentang Sunday Sharing #10, sela-sela tertidur sambil dicekokin afirmasi positif dari pembicara. Bangun dengan perasaan lebih segar, dan siap menulissss.




EH, EH. TERNYATA
TIDAK HANYA JADI TAMU.
Saya rasa semua 'kebetulan' ini dimulai semenjak saya menyerahkan novel saya sebagai merchandise kepada Ketua Kelas Sunday Sharing #10 sekaligus pemimpin PEDAS, Mbak Elisa Koraag. Sudah merupakan tradisi, bahwa event yang terselenggara tiap bulan ini akan dikelola secara estafet pula, dengan pemilihan Ketua & Wakil Ketua Kelas yang baru tiap bulannya. Awalnya saya pikir, Mbak Elisa akan menunjuk salah seorang temannya dan kemudian heboh sana-sini, eh ternyata... ada seorang Ibu yang belakangan diketahui akrab disapa Bunda yang menawarkan diri menjadi Ketua Kelas. Terjadilah adegan ngobrol-ngobrol di depan, sedangkan saya masih asik main hp di belakang. Eh, eh, tiba-tiba nama saya dipanggil. Aye naon?

Ternyata saya diminta jadi Wakil Ketua Kelas.
Pupus sudah rencana saya untuk menjadi makhluk yang datang dan lenyap di acara ini. Akhirnya, dengan tampang ngenes, agak malu-malu(in) juga, saya pun maju ke depan. Cukup senang, dan deg-degan... yang terbayar setelah foto bareng. Hehe.




Ketua & Wakil Ketua Kelas Sunday Sharing #10 & #11

Eittss.. Kejutan tidak berhenti sampai di sana sajaaaa. Kami juga diajak untuk berkelana ke lantai 5, markas CNN Indonesia - dede barunya Detik.com yang baru akan diresmikan pada keesokan harinya (tepat saat pelantikan Presiden Baru Indonesia, 20 Oktober 2014). Yap. Kami menjadi pengunjung pertamax, gan!! Suasana kantor yang masih bau cat, grafiti pada dinding-dinding kantor yang sangat 'lokal' dan menggemaskan! Ada wayang, tukang jamu, becak, bajaj, daaaaan... barisan tokoh-tokoh populer Indonesia yang 'mengundang' kami untuk jepret-jepret.

Senja memisahkan kami semua, dipanggil pulang ke kandang masing-masing. Tapi, keseruan tidak berhenti di sana saja. Saya masih punya kewajiban mendatang, yaitu menyukseskan event Sunday Sharing #11 bersama Bunda Sitti Rabiah, yang review nya bisa dibaca di sini.

Salam Blogger!
Nana Takizawa
(From Her fantastic blog, with thanks)

Label:

blogdetik, blogger, blogger indonesia, buku, cnn indonesia, detik, detikcom, hipnowriting, jakarta, kantor cnn indonesia, kantor detik, markas detik, menulis, review, sunday sharing, sunday sharing detik com, ferry Djajaprana, verri JP MA, Thera Institute, The Thera Institute of Indonesia,

Hypnotic Writing




SANGAT MENARIK. Pertama kali saya melihat buku ini di toko buku langganan saya, saya langsung memutuskan bahwa saya harus membaca buku ini. bagaimana tidak, sebagai blogger dan networker,  judul dan tagline dari buku ini sangat lah menggoda: Hypnotic Writing. Cara membujuk dan meyakinkan pelanggan ( dan siapapun ) hanya dengan kata – kata anda. Jika anda bergerak di bidang yang membutuhkan keahlian persuasi, cover buku ini bagaikan melihat sup buah yang segar di siang hari kala berpuasa. Phew, menggiurkan 😀

Tidak berlama – lama, begitu dana yang saya butuhkan sudah ada, saya langsung membeli buku ini dan melahapnya sesegera mungkin. dan ternyata memang mantap. Buku yang ditulis oleh Joe Vitale, salah satu pengisi materi di the secret, ini benar – benar membuka paradigma baru dalam tulis menulis. Menariknya, buku ini tidak hanya membuka paradigma baru tentang penulisan buku saja, tetapi dilengkapi dengan contoh kasus, serta trik dan tip membuat tulisan yang menggerakan secara emosional. Bahkan, saking banyaknya tip yang diberikan, saya sampai bingung hendak menggunakan yang mana 😛

Oke deh, untuk lebih jelasnya, ini yang dapat anda pelajari dari buku ini :

Definisi dari tulisan yang meng-hipnosis, dan apa hipnotis itu?
Bagaimana Hypnotic Writing ‘menghipnotis’ pembacanya
Cara membujuk orang lain melalui tulisan
Jenis tulisan yang menghipnotis
Menciptakan tulisan yang menghipnotis
Trik membuat tulisan anda menghipnosis
Trik membuat tulisan anda jauh lebih menarik
Perintah hiposis yang selalu manjur
30 cara menulis judul yang menghipnosis
13 konektor tulisan psikologis
3 rahasia cara membuat tulisan yang menghipnotis
5 hukum rahasia bujukan yang menghipnosis
Rumus Hypnotic Writing ala Joe Vitale
Memahami cara bekerja otak manusia
Well, dengan sedemikian manfaat yang didapat, ini buku yang wajib di baca jika anda hidup dalam dunia persuasif. Dengan harga buku hanya sekitaran  Rp. 50,000 ( ketika saya beli di diskon 20 % ), saya beri 8,5 dari skala 10 untuk buku ini.

Enjoy!

P.S. : Anyway, pada post ini saya mencoba menerapkan beberapa teknik yang ada dalam buku ini. Bagaimana menurut anda?
Well, terbukti anda membacanya hingga akhir kan? (Source: FikriRasyd)

Label :

Konektor psikologis, Hypnotic Writing, Joe Vitale, Verri JP MA, Ferry Djajaprana, Thera Institute, The Thera Institute of Indonesia, Kelapa Gading, Rahasia Tulisan Menghipnosis, Cara Kerja Otak Manusia,